Masalah terbesar yang ada di Maluku adalah terkait masalah
pendidikan. Ini menjadi persoalan paling mendasar di Maluku. Jika kualitas
pendidikan baik maka baik pula Sumberdaya Manusia.
Maluku memiliki wilayah yang sangat luas dan terdiri dari
pulau-pulau sehingga mengakibatkan adanya perbedaan budaya, adat istiadat,
hingga kualitas pendidikan masing-masing daerah di Maluku. Pendidikan yang
seharusnya menjadi hak wajib bagi setiap warga negara Indonesia yang ada di Maluku
hingga kini masih belum bisa dirasakan secara merata bagi warga Maluku. Hal ini
mengakibatkan menurunnya kualitas pendidikan dari tahun ketahuan yang terjadi
di Maluku.
Data Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index),
yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan yang menunjukkan, bahwa
indeks pengembangan manusia Maluku makin menurun. Di antara 33 propinsi yang
ada di Indonesia menempati urutan ke 33. Data lain menunjukkan hal yang sama,
menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
pendidikan di Maluku berada pada urutan ke-29 dari 33 propinsi. Posisi Maluku
berada di bawah Irian dan lain-lain. Walaupun tidak semua daerah menurun tetapi
hal ini menjadikan pendidikan di Maluku tidak merata.
Kualitas
pendidikan di sangat memprihatinkan, mutu pendidikan yang rendah, kualitas
pendidikan yang Maluku jauh dari kata memuaskan, hal ini ditambah lagi dengan
minimnya sarana dan prasarana pendidikan yang layak bagi setiap warganya.
Bahkan di daerah tertentu terlihat jelas masih banyak warga Maluku yang belum
mendapatkan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan Tujuan Negara
yang tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sistem pendidikan di
Indonesia selalu masih disesuaikan dengan kondisi politik dan sistem birokrasi
yang ada, padahal hal itu bukanlah masalah utama, yang terpenting adalah
bagaimana bukti terealisasinya di kehidupan pendidikan yang nyata termasuk
kurangnya pemerataan pendidikan dan mutu pendidikan di daerah-daerah
trertinggal yang masih jauh dari kata standar nasional yang telah diberlakukan
di daerah-daerah kawasan pendidikan yang sudah sangat maju, di bandingkan
daerah Maluku ini.
Kualitas pendidikan Maluku saat ini masih rendah dan bisa
dibilang memprihatinkan. Masih sering dijumpai bangunan sekolah yang buruk
kondisinya. Bahkan sekolah-sekolah yang beratapkan langit pun masih banyak.
Siswa tidak mendapatkan pasokan buku yang memadai. Dan yang fatal lagi adalah
mahalnya biaya sekolah. Padahal kita semua tahu bahwa pendidikan merupakan hak
bagi seluruh warga negara Indonesia. Inilah realita yang dialami dunia
pendidikan di Maluku.
Kondisi
diataslah yang menghambat Maluku untuk bisa bangkit mengatasi masalah rendahnya
kualitas sumber daya manusia. Minimnya kualitas dan fasilitas pendidikan tentunya
berdampak secara signifikan terhadap kualitas manusia itu sendiri. Begitu
banyaknya masalah yang dihadapi pemerintah tentunya tidak bisa kita selesaikan
secara cepat.
Hal ini
juga dibenarkan oleh LSI bahwa indeks pengembangan manusia di Maluku masih
sangat jauh dibandingkan dengan propinsi-propinsi yang ada di Indonesia yaitu
pada tahun 2008 – 2011 pendidikan di Maluku masih sangat memprihatinkan menurut
LSI hal ini di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu, peratama kebijakan
pemerintah yang kurang memerhatikan pemerataan pendidikan, kedua pendidikan di
Maluku selalu dipolitisasi, Ketiga minimnya sarana dan prasarana pendidikan
yang belum terjangkau di seluru Kabupaten/kota, keempat masih banyak warga
masyarakat yang tidak melanjutkan pendidikan serta sebagian besar adalah
tamatan SD dan juga makin mahalnya biaya pendidikan. Menurut LSI pendidikan
yang terjadi Maluku hanya berasaskan sebuah hasil akhir (nilai) tetapi pada
kenyataan sumber daya manusia Maluku kurang memiliki prestasi dibandingkan dengan
daerah yang lain di Indonesia. Selain itu juga kualitas lulusan di Maluku
menurun dari tahun ke tahun dengan adanya pendidikan gratis, pada tahun (2009)
presentase kelulusan 98%, (2010) 97%,
(2011) 96.5 %, (Dinas Pendidikan dan Dikti). Dan masih banyak lagi masalah
rendahnya kualitas pendidikan di Maluku. Meski pemerintah menegaskan pendidikan
di Maluku semakin membaik tapi pada kenyataan berbanding terbalik.
Di
Maluku, dana sepertinya tak jadi persoalan. Karena, anggaran yang masuk untuk
Pemerintah ini jumlahnya lumayan: trilyunan rupiah. Tapi yang menjadi
pertanyaan adalah berapa yang kemudian dialokasikan ke sektor pendidikan?
Ini yang kemudian menjadi persoalan berarti di Maluku, entah
memang karena rumitnya system birokrasi ataukah memang bantuan-bantuan itu di
pangkas habis. Angka-angka yang pemerintah umumkan bahwa kualitas pendidikan di
Maluku semakin membaik toh pada kenyataan berbanding terbalik dengan fakta yang
ada di lapangan.
Solusi yang saya berikan untuk sedikit mengatasi masalah ini
adalah Pemerinta harus lebih peka melihat nasib anak-anak Maluku yang ada di
pedalaman, pemerintah bisa menggunakan jasa mahasiswa untuk membantu. Untuk
mengetahui permasalahan mereka maka perlu adanya observasi langsung ke daerah
mereka. Saya akan melakukan observasi untuk mengetahui masalah mereka apa,
apakah gedung tidak memadai, buku-buku kurang ataukah tenaga pengajar yang
kurang. Ini kemudian lalu dapat di cari solusi jika gedung yang harus di
perbaiki maka ini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, untuk tenaga
pengajar saya akan mengajak teman-teman voulunter untuk menjadi tenaga pengajar
sementara sampai di temukan tenaga pengajar tetap untuk mereka, untuk buku-buku
saya akan melakukan pengumpulan buku-buku kemudian di salurkan ke mereka-mereka
yang membutuhkan. Solusi akan dapat di ketahui jika kita tau apa masalah yang
mereka hadapi, untuk mengetahui maka kita perlu melakukan observasi langsung
untuk melihat lokasi juga sekaligus bersosialisasi dengan anak-anak tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar